Music Box

18 Januari 2009

PIRING KERTAS UNTUK IBU & BAPAK

Ada seorang wanita tua yang sudah lemah fisiknya dan ia seorang janda, tinggal menumpang di rumah anak laki-lakinya. Anaknya ini sudah mempunyai istri dan seorang anak perempuan yang masih kecil. Hari demi hari berlalu, keadaan wanita tua ini semakin lemah dimakan usia. Penglihatan dan pendengarannya pun semakin berkurang. Kadang-kadang pada saat makan kedua tangannya gemetaran, sehingga tidak jarang sendok atau garpunya jatuh, bahkan piring makannya pun jatuh dan pecah. Anak dan menantunya jengkel melihat cara wanita tua itu makan, tetapi tidak mau menolongnya. Pada suatu hari, setelah wanita tua itu menjatuhkan piring lagi, mereka saling berkata satu kepada yang lain,”Saya sudah tidak sabar melihat ibu seperti itu,” kata istrinya. “Saya juga tidak mengerti, bagaimana caranya memberitahu dia,” sahut suaminya. Kemudian mereka mempunyai ide, yaitu menyediakan piring-piring kertas untuk tempat makan wanita tua itu. Setiap kali makan, wanita tua itu duduk memandang dengan mata kosong sambil mengeluarkan airmata membasahi pipinya ke seberang ruangan yang lain. Kadang-kadang anak laki-laki dan menantunya berbicara kepadanya sementara ia makan, tetapi biasanya hanya untuk mengomelinya karena ia telah menjatuhkan sendok, garpu dan piringnya. “Jangan menjatuhkan lagi ya, nanti makan saya jadi tidak enak,” demikian suara yang sering terdengar di telinga wanita tua itu. Suatu malam, anak laki-laki dan istrinya serta anak mereka mendatangi sebuah resepsi pernikahan. Setelah beberapa acara dinikmati tibalah saatnya untuk makan. Di situ disediakan piring-piring kertas untuk tempat buah-buahan atau kue. Beberapa saat kemudian terlihat anak gadis itu mengumpulkan piring-piring kertas bekas yang diletakkan sembarangan oleh para tamu undangan. Orang tuanya dengan agak kesal bertanya,” Apa yang sedang kamu lakukan?” “Aku sedang mengumpulkan piring-piring kertas,” kata gadis itu. “Untuk apa?” tanya ibunya. “Aku mengumpulkan piring-piring kertas ini untuk Bapak dan Ibu tua nanti, supaya tidak ada piring-piring yang pecah lagi,” jelas gadis kecil itu. Kedua orang tuanya memandangi gadis mereka selama beberapa waktu, lalu menangis. Malam itu mereka cepat-cepat pulang untuk menemui wanita tua itu dan memohon maaf karena sikapnya yang tidak baik selama ini. Sejak saat itu mereka melayani ibunya dengan kasih dan tidak lagi memberi piring kertas untuknya ketika makan.

Tidak ada komentar: