Music Box

18 Januari 2009

KOPI ASIN

Seorang laki-laki datang ke sebuah pesta. Meskipun penampilannya tidak jauh beda dengan penampilan laki-laki lain yang datang, namun kelihatannya tidak seorangpun yang tertarik padanya. Ia lalu memperhatikan seorang gadis yang dari tadi dikelilingi banyak orang. Di akhir pesta itu, ia memberanikan diri mengundang gadis itu untuk menemaninya minum kopi. Karena kelihatannya laki-laki itu menunjukkan sikap yang sopan, gadis itupun memenuhi undangannya. Mereka berdua kini duduk di sebuah warung kopi. Begitu gugugpnya laki-laki itu hingg ia tidak tahu bagaimana harus memulai sebuah percakapan.
Tiba-tiba ia berkata kepada pelayan,”Dapatkah engkau memberiku sedikit garam untuk kopiku?” Setiap orang yang ada di sekitar mereka memandang laki-laki itu keheranan. Wajahnya memerah seketika, tetapi ia tetap memasukkan garam itu ke dalam kopinya lalu meminumnya. Penuh rasa ingin tahu, gadis yang duduk di depannya bertanya,” Bagaimana kau bisa mempunyai hobi yang aneh ini?” Laki-laki itupun menjawab,” Ketika aku masih kecil, aku hidup di dekat laut, aku suka bermain-main di laut. Jadi aku tahu rasanya air laut, asin seperti rasa kopi asin ini. Sekarang, setiap kali aku meminum kopi asin, aku terkenang kembali akan masa kecilku, tentang kampung halamanku, aku sangat merindukan kampung halamanku, aku merindukan orangtuaku yang tetap hidup di sana.” Ia mengatakan itu sambil berurai airmata, kelihatannya ia sangat tersentuh.
Gadis itu berpikir,”Apa yang diceritakan oleh laki-laki itu adalah ungkapan isi hatinya yang terdalam. Orang yang mau menceritakan tentang kerinduannya akan rumahnya adalah orang yang setia, peduli dengan rumah dan bertanggungjawab terhadap seisi rumahnya.” Maka gadis itupun mulai bercerita tentang kampung halamannya yang jauh, masa kecilnya dan keluarganya.
Merekapun berpacaran. Gadis itu menemukan semua yang dia inginkan di dalam diri laki-laki tersebut. Laki-laki itu toleransi, baik hati, hangat dan penuh perhatian. Ia adalah laki-laki yang sangat baik, sehingga ia selalu merindukannya. Singkat cerita, merekapun menikah dan hidup bahagia. Setiap kali, ia selalu membuatkan kopi asin bagi suaminya karena ia tahu suaminya sangat menyukai kopi asin.
Sesudah 40 tahun menikah, meninggallah suaminya. Ia meninggalkan surat kepada istrinya,”Sayangku, maafkan aku, maafkan kebohonganku selama aku hidup. Inilah satu-satunya kebohonganku padamu, yaitu tentang kopi asin. Ingatkah engkau pertama kali kita bertemu dan berpacaran? Saat itu aku begitu gugup untuk memulai percakapan kita. Karena kegugupanku, aku akhirnya meminta garam padahal yang aku maksudkan adalah gula. Selama hidupku banyak kali aku mencoba untuk mengatakan padamu hal yang sebenarnya, sebagaimana aku telah berjanji bahwa akau tidak akan pernah berbohong kepadamu untuk apapun juga. Tetapi aku tidak sanggup mengatakan hal ini. Kini aku sudah mati, aku tidak takut lagi, maka aku memutuskan untuk mengatakan kebenaran ini padamu bahwa aku tidak suka kopi asin. Rasanya aneh dan tidak enak. Selama hidupku aku baru meminum kopi asin sejak aku mengenalmu. Meski begitu, aku tidak pernah menyesal untuk apapun yang aku lakukan untukmu. Memiliki engkau merupakan kebahagiaan terbesar yang pernah aku miliki dalam hidupku. Jika aku dapat hidup untuk kedua kalinya, aku akan tetap ingin mengenalmu dan memilikimu selamanya, meskipun aku harus meminum kopi asin lagi.” Airmata wanita itu membasahi surat yang dibacanya. Suatu hari seseorang bertanya kepadanya,”Bagaimana rasanya kopi asin itu?” “Sangat enak,” jawabnya.

Tidak ada komentar: